BAB
I
PENDAHULUAN
Belajar adalah suatu proses dan
aktifitas yang selau dilakukan dan dialami manusia didalam kandungan, buaian,
tumbuh berkembang dari anak-anak, remaja sehingga menjadi dewasa, sampai ke
liang lahat, sesuai dengan prinsip pembeljaran sepanjang hayat.
Belaajar
dikembangkanmetode pembelajaran yang disebut pembelajaran langsung (direct
instruction), yang pada hakikatnya berorientasi teacher centered. Sementara itu
sampai saat ini sistem pendidikan nasional indonesia masih berasumsi bahwa
pengetahuan bersifat knowledge, tunggal dan terpisah dari teknologi.
Profesor sachs menyatakan bahwa
dunia saat ini sudah tidak tersekmentasi oleh ideologi lagi, tetapi oleh
kemampuan menguasai teknologi. Didunia saat ini terbagi menjadi tiga kelompok,
yaitu:
1. Kelompok technological innovators, mencakup 15% dari seluruh penduduk dunia,
tetapi merupakan penguasa seluruh inovasi teknologi yang ada di dunia.
2. Kelompok technological adopters, mencakup sekitar 50% penduduk dunia, merupakan kelompok bangsa
yang mampu menguasai berbagai teknologi baru hasil inovasi, terutama teknologi
baru bidang produksi dan konsumsi.
3. Kelompok technologically excluded, mencakup kira-kira sepertiga penduduk
dunia, merupakan kelompok yang tidak mampu memperbarui teknologi tradisional
mereka dan tidak mampu pula menguasai inovasi yang dihasilkan oleh negara yang
lebih maju dalam industri.
Perlu dicacat bahwa
pada perkembangannya istilah pembelajaran justru semakna dengan teaching. Ada
beberapa istilah dalam pendidikan:
a.
Belajar
dan pembelajaran (Learn and learning)
b.
Pengajaran
(teaching)
c.
Pendekatan,
metode, teknik dan strategi pembelajaran
BAB
II
LANDASAN
TEORI BELAJAR
Pandangan teori belajar ini telah
memperkuat metode deduktif (berangkat dari hal-hal yang umum menjadi satu
simpulan khusus) yang melahirkan dan mengembangkan matematika. Metode deduktif
sekaligus induktif kemudian berevolusi menjadi metode ilmiah yang landasannya
pemikiran reflektif, penerepan deduktif dan induktif secara bergiliran untuk
menemukan kebenaran ilmiah, teori berawal dari keraguan harus dibuktikan
kebenarannya.
A. Makna teori
Teori
adalah suatu himpunan dari konstruk-konstruk (konsep-konsep), definisi-definisi
dan proposi-proposisi yang saling berkaitan dan menyatakan suatu pandangan yang
sistematis tentang suatu fenomena dengan cara menentukan hubungan
antarvariabel, dengan tujuan menjelaskan fenoma tersebut.
B. Hakikat universal dari belajar
Tantangan yang
bersifat universal juga harus dihadapi secara universal juga. Ada beberapa
pilar dalam pembelajaran dianataranya:
1.
Learning
to know
Belajar
untuk berfikir merupakan pembelajaran sepanjang hayat, berfikir terkait suatu
yang dipelajari anak, mula-mula dari orang tuanya, kemudian dari para gurunya.
2.
Learning
to do
Belajar
untuk melatih menguasai keterampilan dan kompetensi kerja
3.
Learning
to live together
Belajr
untuk hidup bersama, anak-anak harus banyak belajar dari hidup bersama secara
damai.
4.
Learning
to be
Belajar
untuk menjadi manusia yang utuh merupakan manusia yang seluruh aspek
kepribadiannya berkembang secara optimal dan seimbang, aspek ketakwaan kepada
tuhan, intelektual, emosi, sosial, fisik, maupun moral.
5.
Implementasi
pilar pendidkan di indonesia
a.
Peneyelneggaraan
pendidikan suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat.
b.
Adanya
perubahan pandangan tentang peran manusia dari paradigma manusia sebagai sumber
daya pembangunan, menjadi paradigma manusia sebagai subjek pembangunan secara
utuh.
c.
Adanya
pandangan terhadap keberadaan peserta didik yang terintegrasi dengan lingkungan
sosio-kulturalnya dan pada gilirannya akan menumbuhkan individu sebagai pribadi
dan anggota masyarakat mandiri yang berbudaya
C. Peran filsafat pendidikan dalam
pengembangan teori belajar
Sebuah
filsafat harus berakar pada tradisi dan budaya, karena tidak semua aliran
tersebut berperan dalam pengembangan teori belajar.
Selanjutnya
ada beberapa aliran pokok serta keterkaitannya dengan pendidikan maupun
pembelajaran, sebagai berikut:
1.
Pragmatisme
Pragmatisme
berkeyakinan bahwa pengetahuan yang diperoleh siswa hendaknya dimanfaatkan
untuk memahami persoalan yang berkembang dimasyarakat.
2.
Progresivisme
Kemampuan
intelegensi manusia adalah alat untuk hidup, untuk mencapai kesejahteraan dan
untuk mengembangkan kepribadian.
3.
Eksistensialisme
Guru
berpandangan bahwa setiap siswa merupakan suatu entitas dari konteks sosial.
4.
Perenialisme
Pembelajaran
tentang penalaran sains (scientific reasoning) merupakn hal penting.
5.
Esensialisme
Kurikulum
dibangun atas disiplin- disiplin tradisional seperti matematika, ilmu alamiah,
sejarah, bahasa asing, dan sastra.
6.
Rekonstruksionisme
Tidak
adanya aliran filsafat pendidikan yang mutlak benar dan harus diikuti
sepenuhnya.
7.
Pendekatan
filsafat pendidikan yang lain
Pendekatan
filsafat ini menggolongkan filsafat pendidkan menjadi nativisme, naturalisme,
empirisme, dan konvergensi.
BAB
III
TEORI
BELAJAR
Konsep-konsep
hasil pemikiran ahli pendidikan yang melandasi konsep teori belajar
diantaranya:
A. Teori
disiplin mental
Teori
ini merupakan rintisan menuju aliran behaviorisme
B. Behaviorisme
Merupakan
aliran psikologi yang memandang individu lebih kepada sisi fenomena jasmaniah,
dan mengabaikan aspek-aspek mental seperti kecerdasan, bakat, minat dan persaan
individu dalam kegiatan belajar.
1. Teori
belajar dalam aliran behaviorisme
a. Connectionism
(S-R Bond) menurut Erward Lee Thorndike
b. Calssical
conditioning oleh Ivan Pavlov
c. Teori
belajar menurut Edwin Guthrie
d. Toeri
belajar menurut Clark Hull
e. Operant
Cinditioning menurut B.F Skinner
f. Teori
belajar sosial menurut Albert Bandura
2. Kritik
atas teori behaviorisme
Pandangan
behaviorisme kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa,
walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama.
3. Dampak
teori behaviorisme terhadap pembelajaran
Dalam proses belajar
siswa dianggap objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan diri
pengajar.
C. Kognitivisme
Sebuah proses aktif dan
kreatif yang bertujuan membangun struktur melalui pengalaman-pengalaman.
1. Teori-teori
belajar menurut kognitivisme
a. Teori
kognitif Gestalt
b. Teori
belajar medan kognitif dari Kurt Lewin
c. Teori
perkembangan kognitif Jean Piaget
d. Teori
discovery learning dari Jerome S. Bruner
e. Teori
belajar dari Robert M. Gagne
f. Teori
belajar bermakna dari David P. Ausubel
2. Isu
kotroversial terkait kognitivisme
Secara relatif
kecerdasan seorang anak tetap stabil pada suatu derajat kecerdasan (level IQ
tertentu), tetapi terdapat perbedaan kemampuan kecerdasan seorang anak pada
usia tiga tahun dibandingkan dengan usia 15 tahun.
D. Kontruktivisme
Sebuah
filosofi pembelajaran yang dialandasi premis bahwa dengan merefleksikan
pengalaman, kita membangun, mengkontruksi pengetahuan pemahaman kita tentang
dunia tempat kita hidup.
1. Teori
belajar konstruktivisme
a. Teori
konstruktivisme piaget
b. Teori
konstruktivisme sosial dari Vygotsky
2. Perbandingan
antara konstruktivisme piaget dengan knstruktivisme Vygostky
Jika piaget lebih
mengembangkan teori skemata (schemata) maka vygotsky lebih mengembangkan teori
zona perkembangan.
3. Dampak
teori konstruktivisme terhadap pembelajaran
Dampak teori konstruktivisme
secara umum yan merupakan gabungan penerapan baik dari konsep piaget maupun
vygotsky terhadap pembelajaran.
4. Kritik
atas konstruktivisme
Orang dewas berperan
secara aktif dalam memandu belajar menurut konstruktivisme.
BAB
IV
ELEMEN
DASAR MENGAJAR
A.
Unsur Belajar
Unsur
belajar adalah faktor-faktor yang menjadi Indikator keberlangsungan proses
belajar. Ada beberapa unsur utama dalam proses belajar yaitu: tujuan, kesiapan,
situasi, Interpretasi, respon, konsekuensi, reaksi terhadap kegagalan. Di dalam
belajar juga siswa harus menguasai kompetensi-kompetensi, diantaranya :
1. Kompetensi
dalam mengumpulkan, memilih, mengolah, dan mengeloloa informasi
2. Kompotensi
dalam menguasai peralatan sebagai sarana untuk mengetahui dan memahami
3. Kompotensi
dalam berkomunikasi dengan orang lain secara efektif
4. Kompotensi
untuk beradaptasi diri menghadapi perubahan kehidupan
5. Kompotensi
untuk bekerja dama dengan orang lain dalam suata tim
6. Kompotensi
dalam menyelesaikan konflik melalaui dialog dan negoisasi yang damai
B.
Prinsip Umum Belajar
Menurut
konsep behaviorisme, kognitivisme maupun konstrukivisme, sukmadinata (2004:
165-166) menyampaikan prinsip umum belajar sebagai berikut:
1. Belajar
merupakan bagian dari perkembangan
2. Belajar
berlangsung seumur hidup
3. Belajar
mencakup aspek-aspek kehidupan
4. Kegiatan
belajar berlangsung disembarang tempat dan waktu
5. Belajar
berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru
6. Belajar
yang terencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi
7. Perbuatan
bealajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang amat kompleks
8. Dalam
belajar dapat terjadi hambatan-hambatan
9. Dalam
hal tertentu belajar memerlukan adanya bantuan dan bimbingan dari orang lain
C.
Tipe Belajar
Bermain
diyakini oleh banyak ahli sebagai bentuk awal belajar. tipe Belajar dapat dibagi menjadi beberapa jenis
belajar
1. Belajar
berlandaskan beaviorisme
2. Belajar
yang dilandasi kognitivisme dan konstruktivisme
3. Belajar
multimedia (multimedia realning)
4. Belajar
berbasis internet dan belajar yang diperkaya
5. Jenis
belajar berdasarkan perkambangan konsepsi
6. Jenis
belajar berdasarkan jenis pengorganisasian
D.
Tahap belajar kognitif
Belajar
kognitif adalah belajar dengan tujuan membangun struktur kognitif siswa. Ilmu
apapun, baik itu ilmu alamiah maupun
ilmu sosial dibangun oleh ilmu pengetahuan, konsep, prosedur, dan prinsip
tertentu. Oleh sebab itu, dalam belajar berbagai macam cabang ilmu pengetahuan,
konsep, prosedur, dan prinsip, serta bagaimana cara mempelajarinya.
Konsep
adalah suatau gugusan atau sekelompok fakta/keterangan yang memiliki makna.
E.
Modalitas belajar atau gaya belajar
Tipe
belajar atau gaya belajar siswa yang berdasarkan sejumlah peneliatian terbukti
penting untuk diketahui guru. Berbagai gaya belajar siswa adalah sebagai
berikut:
1. Gaya
belajar vak
2. Tipe
belajar berlandaskan pengindra, dan pemikir
3. Tipe
belajar yang berlandaskan pengalaman
4. Tipe
belajar pemecahan maslah
5. Tipe
belajar presepsi ,konkret terkait penerimaan informasi melalui kelima
pancaindra
6. Model
sudbury tentang pendidikan demokratis
7. Metode
dalam keterkaitannya dalam preferesi dalam berpikir
8. Gaya
belajar indrawi, visual dan induktif
9. Model
tipe belajar lainnya (belajarnya sendiri)
10. Menggunakan
secara praktis tipe belajar dalam pembelajaran
11. Dampak
gaya belajar terhadap pendidikan
12. Impementasi
gaya belajar
F.
Ranah Belajar
Belajar
adalah suatu upaya pembelajar untuk mengembangkan seluruh kepribadiannya, baik
fisik maupun psikis. Belajar juga dimaksudkan untuk mengembangkan seluruh aspek
intelegensi sehingga anak didik menjadi manusia utuh, cerdas secara integensi,
emosi, cerdas psikomotornya, dan memiliki keterampilan hidup yang bermakna bagi
dirinya. Dengan kata lain siswa pembelajar harus mampu mengembangkan potensi
dirinya dalam berbagai ranah (dominan)
belajar.
BAB
V
KONSEP
PEMBELAJARAN
Mengajar pada
hakikatnya adalah proses membantu seseorang untuk belajar.
A.
Peran guru sebagai insan multidimensi
Guru
pada hakikatnya merupakan seorang manusia yang multidimensional. Dan memiliki
karakteristik sebagai guru yang unggul, berikut karakteristik guru yang unggul:
1. Guru
sebagai guru
2. Guru
sebagai teladan
3. Guru
sebagai penasehat
4. Guru
sebagai pemegang otoritas
5. Guru
sebagai pembaru
6. Guru
sebagai pemandu
7. Guru
sebagai pelaksana tugas rutin
8. Guru
sebagai insan visioner
9. Guru
sebagai pencipta
10. Guru
sebagai orang yang realistis
11. Guru
sebagai penutur cerita dan seorang aktor
12. Guru
sebagai pembongkar kemah
13. Guru
sebagai peneliti
14. Guru
sebagai penilai
B.
Landasan pembelajaran
Pembelajaran
dikondisikan agar mampu mendorong kreativitas anak secara keseluruhan, membuat
siswa aktif, mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan berlangsung dalam
kondisi menyenangkan. (Munanadar, 1999: 111-112.)
1. Belajar
adalah sangat penting dan menyenangkan.
2. Anak
patut diharagai dan disayangi sebagai pribadi yang unik.
3. Anak
hendaknya menjadi pelajar yang aktif
4. Anak
perlu merasa nyaman di kelas, dan diransang untuk selalu belajar.
5. Anak
harus mempunyai rasa memiliki dan kebanggaan didalam kelas.
6. Guru
merupakan narasumber (fasilitator, mediator), bukan polisi atau dewa.
7. Guru
memang harus kompoten, tetapi tidak perlu sempurna
8. Anak
perlu merasa bebas untuk mendiskusikan masalah secara terbuka baik dengan guru
maupun teman sebaya.
9. Kerja
sama bernilai lebih dari pada kompetisi, walau pada akhirnya mereka harus
bertanggung jawab secara pribadi.
10. Pengalaman
belajar hendaknya dekat dan berasal dari pengalaman yang diperoleh dari dunia
nyata.
C.
Kondisi ideal pembelajaran
Guru
yang propesional harus mampu mewujudkan atau tidak mendekati praktik
pembelajaran yang ideal. Menurut (James Mitchell, (1993))
1. Perhatian
siswa yang aktif dan terpokus pada pembelajaran.
2. Berupaya
menyelsaikan tugas dengan benar
3. Siswa
mampu menjelaskan hasil belajarnya
4. Siswa
difasilitasi untuk berani menyatakan kepada guru apa-apa yang belum dipahami.
5. Siswa
berani menyatakan eketidak setujuan.
6. Siswa
dimotivasikan untuk berani meminta informasi yan relevan dengan topik bahasan
lebih lanjut
7. Pertimbangkan
semua gagasan atau alternatif pemecahan masalah
8. Lihatlah
kemungkinan untuk memperluas pemahaman
D.
Keterampilan dasar seorang pengajar
Keterampilan
dasar yang harus dimiliki oleh seorang dalam mengajar pada hakikatnya terkait
dengan tafsiran tentang sejauh mana kemampuan para guru mampu di dalam
menerapkan berbagai variasi metode mengajar. Dalam praktik pembelajaran, saat
seorang guru sudah menentukan metode apa yang akan digunakan, maka seorang guru
memerlukan pemahaman tentang latar belakang
pengetahuan siswanya, lingkungan pembelajarannya dan tujuan
pembelajaran.
Di
dalam kaitannya biasanya rencana pembelajaran dilaksanakan dengan berbagai cara
meliputi:
1. Bertanya,
mengajukan pertanyaan
2. Menjelaskan,
memnerangkan
3. Modeling
4. Demonstrasi
5. Membangun
kolaborasi (collaborating)
6. Memberikan
penguatan
7. Memberikan
variasi
8. Keterampilan
membuka dan menutup pembelajaran
9. Learning by teaching
E.
Pengelolaan kelas dalam pembelajaran
Tidak
dapat dielakan bahwa dalam situasi pembelajaran guru akan menghadapi berbagai
keragaman. Keragaman meliputi keragaman latar budaya, ras, suku, agama, etnik,
jenis kelamin, tingkat ekonomi dan banyak hal lagi. Biasanya guru, karena
pengalamannya mampu beradaptasi terhadap hal-hal seperti itu.
Agar
pengelolaan kelas dalam pembelajaran lebih baik, Donald P. Kauchak (Rosyanda,
2004: 129) menyarankan agar pengelolaan kelas oleh guru memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Ciptakan
ruang kelas yang multidimensional, dan juga buatlah rancangan proses
pembelajaran yang menggambarkan keragaman kemampuan belajar tersebut.
2. Buatlah
rancangan waktu yang fleksibel namun tetap dalam koridor satuan waktu yang
ditetapkan kurikulum.
3. Kelompokkan
siswa berdasarkan basis kemampuan.
4. Persiapkan
strategi pembelajaran untuk kelompok yang lamban dengan strategi yang tidak
saja akan mengantarkan mereka memahami tugas-tugasnya, tetapi juga akan mampu
meningkatkan kemampun belajar mereka.
5. Gunakan
tutorial sebaya dan belajar bersama untuk menambah kemampuan dan pengalaman
mereka masing-masing.
Dalam
kaitan ini apa yang digambarkan oleh Gary Flewellling dan Wiliam Higginson,
yang beraliran konstruktivis dalam publikasinya berjudul teaching with rich tasks (2003) dapat menjadi acuan yang baik.
Dalam publikasinya itu diungkapkan apa tugas guru dan siswa dalam kelas yang
dikelola dengan baik. Menurut kedua pakar tersebut dalam pengelolaan kelas yang
efektif, guru harus mempunyai tugas yang baik.
Tugas
Guru:
1.
Memberikan rangsangan kepada siswa
dengan menyediakan tugas-tugas pembelajaran yang kaya dan terancang baik, untuk
meningkatkan perkembangan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial siswa.
2.
Berinteraksi dengan siswa untuk
mendorong keberanian, mengilhami, menantang, berdiskusi, berbagi, menjelaskan,
menegaskan, merefleksi, menilai dan merayakan perkembangan, pertumbuhan, dan
keberhasilan.
3.
Menunjukan keuntungan atau manfaat yang
diperoleh dari mempelajari suatu pokok bahasan.
4.
Berperan sebagai orang yang membantu
5.
Menciptakan suasana pembelajaran yang
membuat siswa nyaman tinggal di kelas
6.
Selanjutnya guru juga harus memfalitasi,
mendukung dan mengakomodasikan agar siswa mampu membangun pengetahuan,
mengembangkan dan meningkatkan keterampilan, menggunakan keterampilannya agar
dapat bekerja secara efektif, penuh percaya diri, peka, dan penuh kejujuran,
berperan sebagai individu yang mampu memilih dan menggunakan secara bijaksana
berbagai kaidan dan hukum keilmuan yang telah ada.
DAFTAR
PUSTAKA
Suyono & Hariyanto, 2012, belajar dan pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset
Komentar
Posting Komentar