Langsung ke konten utama

kategori Leksikal



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dalam studi Gramatika kategori kata merupakan hal yang tidak pernah lepas dari pembicaraan. Boleh dibilang hampir tidak ada buku Tata Bahasa, baik yang Tradisional maupun yang bukan, yang tidak membicarakan masalah kategori itu. Begitu penting, ruwet, dan kompleksnya persoalan kategori ini, sehingga tidak selesai-selesainya dibicarakan orang dan tidak pernah ada kesepakatan diantara para Ahli tersebut (lihat misalnya Harimurti 1986 dan Ramlan 1985).
Namun, secara umum kategori gramatikal yang banyak diikuti, membagi kata menjadi dua kelompok besar, yaitu (1) kelompok yang disebut kata penuh (full word) dan (2) kelompok yang disebut partikel atau kata tugas (function word). Kedalam kelompok pertama termasuk kata dari kelas Verbal, Nominal, Adjektival. Dan kedalam kelompok kedua termasuk kata-kata yang disebut Preposisi, Konjungsi, dan Interjeksi.
Didalam pembicaraan berikut akan dicoba mendeskripsikan leksikon Bahasa Indonesia berdasarkan kategori Semantiknya dengan menyebutkan ciri-ciri Makna (Komponen Makna) yang menonjol dari setiap kelompok Laksem, tetapi dengan tetap berumpun pada Kategori Gramatikalnya.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang Dimaksud Dengan Kategori Nominal?
2.      Apa yang Dimaksud Dengan Kategori Verbal?
3.      Apa yang Dimaksud Dengan Kategori Adjektival?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui Kategori Nominal.
2.      Untuk mengetahui Kategori Verbal.
3.      Untuk mengetahui Kategori Adjektival.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Kategori Nominal
Kata-kata atau leksem-leksem nominal dalam bahasa Indonesia secara semantik mengandung ciri makna [+Benda ( B)]; dan oleh karena itu leksem-leksem nominal secara struktural akan selalu dapat didahului oleh preposisi di atau pada. Berdasarkan analisis semantik lebih lanjut leksem-leksem nominal ini dapat dikelompokkkan atas tipe-tipe:
a.     Tipe I
Tipe I berciri makna utama [+Benda, + Orang (O)]. Tipe satu ini terbagi atas enam subtipe I yang masing-masing berbeda pada ciri makna ketiga. Keenam suptipe I ini adalah:
1.    Subtipe Ia
Berciri makna [+Benda, +Orang, + Nama Diri (ND)]. Contohnya, Anita, Sari, Vinda, dan Marsya. Selain berciri makna +B, +O, dan +ND, leksem nominal dari subtipe ini juga mengandung komponen makna [+bernyawa (NY), +konkret (K), dan tidak terhitung (-H)]. Jadi, secara keseluruhan leksem nominal dari subtipe Ia ini mengandung ciri makna [+B, +O, +ND, +NY, +K, -H].
2.     Subtipe Ib
Berciri makna [+B, +O, + nama perkerabatan (NK)]. Contohnya ibu, bapak, kakak, dan adik. Selain itu, leksem nominal dari subtipe Ib ini juga mengandung ciri makna [+NY, +K, dan +H}. Jadi, secara keseluruhan leksem nominal dari subtipe Ib ini mengandung cciri makna [+B, +O, +NK, +Ny, +K, +H]. 
3.     Subtipe Ic
Berciri makna [+B, +O, +Nama Pengganti(NP). Contoh dia, saya, kamu, dan mereka. Selain itu, leksem nominal dari subtipe Ic ini mengandung pula makna [+Ny, +K, dan –H]. Jadi, secara keseluruhan mengandung makna antara dia misalnya dengan mereka. Dia memiliki makna [+Tunggal (T)], sedangkan mereka memiliki makna [-Tunggal ]. Perbedaan ciri makna antara dia dan mereka dapat dilihat sebagai berikut:
Dia                                    mereka
+B                                     +B
+O                                    +O
+NP                                  +NP
+Ny                                  +Ny
+K                                                +K
-H                                     -H
+T                                     -T
4.     Subtipe Id
Berciri makna [+B, +O, +Nama Jabatan(NJ)]. Contohnya, guru, lurah, camat, dan gubernur. Selain itu, leksem nominal dari subtipe Id ini mengandung pula makna [+Ny, +K, dan +H]. Jadi, leksem nominal ini secara keseluruhan mengandunng makna [+B, +O, +Ny, +K, dan +H].
5.     Subtipe Ie
Berciri makna [+B, +O, dan Nama Gelar (NG)]. Contohnya: insinyur, doktor, raden, dan sarjana hukum (SH), selain itu, leksem-leksem nominal dari subtipe Ie ini jaga memiliki ciri makna[+Ny, +K, dan +H]. Jadi, leksem nominal ini secara keseluruhan mengandung makna [+B, +O, +NG, +Ny, +K, dan +H]
6.     Subtipe If
Berciri makna [+B, +O, dan + Nama Pangkat (Npa)].
Contoh: sersan, obsir, letnan, dan kolonel. Selain itu leksem-leksem nominal dari suptipe If ini memiliki pula ciri makna [+Ny, +K, dan +H]. Jadi leksem nominal ini secara keseluruhan mengandung makna [+B, +O, +NPa, +Ny, +K, dan +H].
Ciri makna [+H] yang ada pada leksem subtipe Ib, Ie, dan If; dan tidak ada pada leksem subtipe Id dan Ic  menyebabkan leksem yang memiliki ciri itu dapat diberi keterangan numeral seorang, sedangkan yang tidak memiliki ciri itu tidak dapat diberi keterangan numeral seorang.
Bandingkan:
a. Seorang Fatimah                         - seorang adik
b. Seorang Hasan                            - seorang camat
c. Seorang kamu                             - seorang doktor
d. Seorang dia                                 - seorang letnan
b.     Tipe II
Berciri makna utama [+B dan institusi (I)]. Contoh : pemerintah, DPR, SMA, dan Pelni. Selain itu leksem-leksem nominal tipe II ini juga memiliki ciri makna [+Orang metaforis (Om), +K, +H]. Jadi secara keseluruhan leksem-leksem nominal ini berciri makna [+B, +I, +Om, +K, dan +H].
Ciri makna [+Om menyebabkan leksem nominal tipe II ini dapat menduduki fungsi gramatikal seperti leksem tipe I.
c.     Tipe III
Berciri makna utama [+B, +Binatag (Bi)]. Contoh: tongkol, kucing, gelatik, harimau, dan onta. Selain itu leksem-leksem nominal tipe III ini memiliki pula ciri makna [+Ny, +K, dan +H]. Dengan demikian secara keseluruhan leksem-leksem nominal tipe III ini berciri makna [+B, +Bi, +Ny, +K, dan +H].
d.     Tipe IV
Berciri utama [+B dan +Tumbuhan (T)]. Leksem nominal tipe IV ini terdiri atas 3 subtipe, yaitu:
1.     Subtipe Iva
Berciri makna utama [+B, +T], misalnya rumput, perdu, ilalang, dan keladi. Selain itu leksem-leksem nominal IVa memiliki pula ciri makna [+B, +Pohon (Po)]. Contoh: durian, nangka, ketapang, mahoni,dan kelapa. Selain itu, leksem-leksem nominal
2.     subtipe Ivb
Memiliki makna [+Hi, +H, dan K]. Jadi, secara keseluruhan leksem nominal subtipe IVb ini memiliki ciri makna [+B, +Po, +Hi, +H, dan K].
3.     Subtipe Ivc
Berciri makna utama [+B, +Tanaman (Ta)]. Misalnya padi, bayam, ketela, ubi, dan kubis. Selain itu leksem-leksem nominal subtipe IVc ini memiliki ciri makna [+Hi, +H, dan +K]. Jadi secara keseluruhan leksem-leksem ini mengandung makna [+B, +Ta, +Hi, +H, dan +K]. Perbedaan makna dalm ciri [+T], [Po], dan [+Ta] adalah bahwa [+T] mengandung segala sesuatu yang tumbuh; sedangkan [+Po] habnya yang berbatang keras, dan [+Ta] adalah sebagai usaha suatu yang ditanam.
e.     Tipe V
Berciri makna utama [+B, Buah-buahan (Bb)]. Misalnya mangga, rambutan, pisang dan nanas. Selain itu tipe ini juga memiliki makna [+H, +K, dan –Hi]. Jadi secara keseluruhan tipe ini memiliki makna [+B, +Bb, +H, +K, dan –Hi]
f.      Tipe VI
Berciri makna utama [+B, +Bunga-bungaan (Bbu)]. Misalnya mawar, melati, kamboja, kembang sepatu, dan kenanga. Selain itu leksem ini juga berciri makna [+H, +K, dan -Hi]. Jadi secara keseluruhan tipe ini memiliki ciri makna [+B, +Bbu, +H, +K, dan –Hi].
g.     Tipe VII
Berciri makna utama [+B, +Peralatan (Al). Tipe ini terbagi atas sembilan subtipe, yaitu:
1.      Suptipe VII a, berciri makna utama [+B, +Al, dan +Masak (Ms).  Contohnya: panci, kompor dan kuali. Selain itu subtipe ini juga memiliki makna [+K, +H, dan –Hi]. Dengan demikian secara keseluruhan ciri makna subtipe ini adalah [+B, +Al, +Ma, +K, +H, dan –Hi].
2.      Subtipe VII b, berciri makna utama [+B, +Al, dan +Makan ( Mk). Contohnya: piring, garpu, sendok dan gelas. Selain itu subtipe ini juga memiliki ciri makna [+K, +H, dan +Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini memiliki ciri makna [+B, +Al, +Mk, +K, +H, dan +Hi].
3.      Subtipe VII c, berciri makna utama [+B, +Al, dan +Pertukangan (Tk)]. Contohnya: palu, gergaji dan pahat. Selain itu sub tipe ini juga berciri makna utama [+K, +H, dan –Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini memili ciri makna [+B, +Al, +Mk, +K, +H, dan –Hi].
4.      Subtipe VII d, mengandung ciri makna utama [+B, +Al, dan +Perbengkelan (Bkl)]. Contohnya kunci, bubut dan tang. Selain itu subtipe ini juga bermakna utama [+K, +H, dan –Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Bkl, +K, +H, dan –Hi].
5.      Subtipe VII e, berciri makna utama [+B, +Al, +Pertanian (Tn)]. Contohnya cangkul, sabit, dan garu. Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, dan –Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Tn, +K, +H, dan –Hi].
6.      Subtipe VII f, berciri makna utama [+B, +Al, dan + Perikanan (Ik)]. Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, dan –Hi].  Secara keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Ik, +K, +H dan –Hi].
7.      Subtipe VII g, berciri makna utama [+B, +Al, dan +Rumah tangga (Rt) ]. Contohnya lemari, meja dan kursi. Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, -Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Rt, +K, +H, dan –Hi].
8.      Subtipe VII h, berciri makna utama [+B, +Al, dan +Tulis menulis (Tm)]. Contohnya buku, pensil, penggaris, dan pena. Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, dan –Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Rt, +K, +H, dan –Hi].
9.      Subtipe VII i, berciri makna utama [+B, +Al, dan +Olahraga (Or)]. Contohnya raket, bola, net dan stik. Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, dan –Hi]. Secra keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Or, +K, +H, dan –Hi].
h.    Tipe VIII
Tipe ini mengandung ciri makna utama [+B,  +Makanan-minuman (Mm)]. Contohnya nasi, teh manis, susu, bakso, dan roti. Selain iti tipe ini juga berciri makna [+K, -H, dan –Hi]. Secara keseluruhan tipe ini berciri makna [+B, +Mm, +K, -H, dan –Hi].
i.       Tipe IX
Tipe ini mengandung ciri makna utama [+B, +Geogrefi (Ge)]. Contohnya sungai, gunung dan laut. Selain itu tipe ini juga berciri makna [+K, +H, -Hi]. Secara keseluruhan tipe ini berciri makna [+B, +Ge, +K, +H, dan –Hi].
j.      Tipe X
Tipe ini berciri makna utama [+B, +Bahan baku (Bb). Contoh pasir, semen, batu dan kayu.  Selain itu tipe ini juga berciri makna [+K, dan –H]. Secara keseluruhan tipe ini berciri makna [+B, +Bb, +K, dan –Hi].

2.2  Kategori Verbal
Leksem-leksem verbal dalam bahasa Indonesia secara semantik ditandai dengan mengajukan tiga macam pertanyaan terhadap subjek tempat “verba” menjadi predikat klausanya. Ketiga pertanyaan itu adalah (1) apa yang dilakukan subjek dalam klausa tersebut, (2) apa yang terjadi terhadap subjek dalam klausa tersebut, dan (3) bagaimana keadaan subjek dalam klausa tersebut.
Berdasarkan analisis semantik, sejalan dengan Tampubolon (1979, 1988 a, 1988 b dalam Chaer), kategori verbal dapat dibedakan menjadi dua belas tipe. Keduabelas tipe itu adalah sebagai berikut:
a.     Tipe I
Tipe ini adalah verba yang secara semantik menyatakan tindakan, perbuatan, atau aksi. Pelaku verba ini adalah sebuah maujud berupa sebuah nomina yang berciri makna [+bernyawa]; dan tindakan sebagai penggerak tindakan yang disebutkan oleh verba tersebut.
Secara semantik, verba tipe I ini sebenarnya dapat dibedakan lagi menjadi verba tindakan yang (1) pelakunya adalah manusia, (2) pelakunya adalah manusia dan bukan manusia, dan (3) pelakunya bukan manusia. Contohnya adalah leksem baca dan tulis adalah tindakan yang termasuk kelompok manusia; makan dan minum adalah verba tindakan yang termasuk kelompok pelakunya manusia dan bukan manusia; sedangkan pagut dan patuk adalah verba tindakan yang pelakunya bukan manusia.
b.    Tipe II
Adalah verba yang menyatakan tindakan dan pengalaman. Pada verba ini pelakuya adalah sebuah maujud berupa nomina berciri makna [+bernyawa] dan bertindak sebagai penggerak tindakan yang disebut oleh verba tersebut sekaligus dapat pula sebagai maujud yang mengalami (secara kognitif, emosional, atau sensasional) tindakan yang dinyatakan oleh verba tersebut. Contoh:
-  Dia menaksir harga mobil bekas itu
-  Beliau menjawab pertanyaan para wartawan.
Dia pada kalimat pertama adalah maujud yang melakukan tindakan itu dan sekaligus mengalaminya. Begitu juga denga pada kalimat kedua.
Yang melakukan tindakan dan yang mengalaminya tidak harus selalu berupa maujud yang sama. Namun bisa juga atau lazimnya adalah berupa dua maujud yang berbeda. Contoh:
-  Pak lurah tanya persoalan itu kepada kami.
Dalam kalimat tersebut pak lurah adalah pelaku utama; sedangkan yang mengalami adalah kami.
c.     Tipe III
Tipe ini adalah verba yang menyatakan tidakan dan pemilikan (benafaktif). Pelaku verba ini adalah maujud berup nomina berciri makna [+bernyawa] dan bertindak sebagai penggerak tindakan yag disebutkan oleh verba tersebut; sedangkan pemilik (bisa juga ketidakpemilikian) juga berupa nomina berciri makna [+bernyawa].
Contoh:
-  Dika beli mobil dari Pak Fuad.
- Pemerintah bantu para petani.
Dari kedua kalimat tersebut Dika dan Pemerintah adalah pelaku; sedangkan Pak Fuad dan para petani adalah pemiliknya. Kadang pemilik tidak direalisasikan dalam suatu kalimat. Contoh:
-  Dika beli mobil baru.
d.    Tipe IV
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan tindakan dan lokasi (tempat). Pelaku tindakan berupa nomina berciri makna [+bernyawa] yang dapat mengalami tindakan itu sendiri maupun tidak. Lokasinya berupa frase preposisional.
Contoh:
- Nita pergi ke pasar.
- Beliau baru tiba dari dari Yogyakarta.
e.     Tipe V
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan proses. Subjek dalam kalimat ini berupa nomina umum yang mengalami proses perubahan keadaan atau kondisi.
Contoh:
- Daun tembakau itu layu.
- Kaca jendela itu pecah.
Ada tiga persoalan mengenai verba tipe V ini (dan juga verba proses lainnya, tipe VI, tipe VIII). Ketiga persoalan itu adalah:
(1) Proses perubahan yang terjadi pada suatu maujud dapat berlangsung dalam waktu singkat dapat juga dalam waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, ada verba proses yang dapat diberi keterangan “sedang”  seperti  “sedang pecah”.
(2) Sebenarnya suatu proses atau perubahan bukan hanya terjadi pada verba proses saa tetapi juga pada verba tindakan, sebab sesungguhnya suatu tindakan akan menyababkan terjadinya proses.
(3) Sering kita sukar untuk membedakan verba proses dengan verba keadaan (verba tipe IX, X, XI, dan XII). Misalnya pada verba layu. Diuji daengan pertanyaan “apa yang terjadi pada subjek?” maka jawabannya subjek itu layu. Jadi, jelas layu di situ adalah proses. Tetapi kalau diuji denga pertanyaan “bagaimana keadaan subjek?” maka jawabannya adalah subjek itu layu dan menjadi verba keadaan.
f.     Tipe VI
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan proses-pengalaman.
Contoh:
-  Rupanya kau sudah bosan padaku.
-  Ibu cemas akan keselamata anank-anak itu.
Pada kedua kalimat itu bosan dan cemas adalah proses pengalaman sedangkan kau dan ibu adalah maujud yang mengalami prose situ.
g.    Tipe VII
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan proses benefaktif subjek dalam kalimat yang menggunaan verba tipe VII ini berupa nomina yang mengalami suatu proses atau kejadian  memperoleh atau kehilangan (kerugian).
Contoh:
-  PSSI menang 2-0 atas Singapura.
-  Dia kalah 2 juta rupiah.
Menang dan kalah adalah verba proses benefaktif; sedangkan PSSI dan dia adalah maujud yang mengalami peristiwa yang dinyatakan oleh verba tersebut.
h.    Tipe VIII
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan proses-lokatif. Subjek dalam tipe ini berupa nomina yang mengalami suatu proses perubahan tempat (lokasi).
Contoh:
-  Pesawat itu baru tiba dari Surabaya
- Matahari terbit di ufuk timur
Leksem tiba dan terbit pada kalimat adalah verba proses-lokatif; sedangkan leksem pesawat dan matahari adalah maujud yang mengalami proses perubahan lokasi itu.
i.       Tipe IX
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan keadaan. Subjek kalimat dalam tipe ini berupa nomina umum yang berada dalam keadaan atau kondisi yang dinyatakan oleh verba tersebut.
Contoh:
-  Wajah mereka selalu cerah
.-  Sawah-sawah di situ mulai kering.
Cerah dan kering pada kalimat di atas adalah verba keadaan; sedangkan leksem wajah mereka dan sawah-sawah adalah maujud yang berada dalam keadaan itu.
j.      Tipe X
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan keadaan pengalaman. Subjek dalam kalimat yang menggunakan tipe ini adalah sebuah nomina yang berada dalam keadaan kognisi, emosi, atau sensasi.
Contoh:
-  Dia memang takut kepada orang itu.
-  Kami tahu hidup di kota memang sukar.
Takut dan tahu pada kalimat di atas adalah verba keadaan pengalaman. Pada kallimat pertama, subjek Dia yang mengalami keadaan yang disebutkan oleh predikat takut, pada kalimat kedua kami adalah subjek yangmengalami keadaan tahu itu.
k.    Tipe XI
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan keadaan benafaktif subjek dalam kalimat yang menggunakan tipe XI ini adalah sebuah nomina yang menyatakan memiliki, memperoleh, atau kehilangan sesuatu.
Contoh:
-  Ia sudah punya istri
.-  Dia ada uang lima juta.
Punya dan ada  pada kalimat di atas adalah verba keadaan benefaktif. Sedangkan ia dan dia adalah subjek yang berada dalam keadaan memiliki. Menurut Tampubolon (1979) verba dasar yang menyatakan keadaan keadaan benefaktif hanya kedua kata itu saja. Tetapi yang bukan verba dasar cukup banyak seperti berhasil, kehilangan, beruntung, berwarna, memiliki, dan bertubuh.
l.       Tipe XII
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan keadaan-lokatif. Subjek pada kalimat yang mengunakan verba ini adalah nomina yang berada dalam satu tempat atau lokasi.
Contoh:
-  Petani itu diam di gubuk itu.
-  Pak Menteri hadir di sana.
Diam dan hadir adalah verba yang menyatakan keadaan lokatif. Sedangkan petani itu dan Pak Menteri adalah subjek yang berada di tempat yang disebutkan pada unsure keterangan.
Verba dasar Tipe XII ini memang jarang, tetapi verba yang bukan dasar cukup banyak seperti mengalir, berganti, berserakan, bermimpi, dan menanjak.

2.3  Kategori Adjektival
Leksem-leksem adjektival dalam bahasa Indonesia secara semantik adalah leksem yang menerangkan keadaan suatu nomina atau menyifati nomina itu. Secara semantik   akjetival dapat dibagi menjadi delapan tipe.
1.      Tipe I adalah leksem ajektif yang menyatakan sikap, tabiat, atau perilaku batin manusia yang termasuk di dalamnya yang dipersonifikasikannya.
Misalnya: marah, galak, baik, sopan, berani, takut dan jahat.
2.      Tipe II adalah leksem ajektif yang menyatakan keadaan bentuk.
Misalnya: bundar, bulat, lengkung, bengkok, lurus, dan miring
3.      Tipe III adalah leksem ajektif yang menyatakan ukuran.
Misalnya: panjang, pendek, tinggi, gemuk, kurus, lebar, luas, ringan,dan berat.
4.      Tipe IV adalah leksem yang menyatakan waktu dan usia.
Misalnya: lama, baru, muda, tua.
5.      Tipe V adalah leksem ajektif yang menyatakan warna.
Misalnya: merah, kuning, biru, hijau, ungun, cokelat dan lembayung.
6.      Tipe VI adalah leksem ajektif yang menyatakan jarak
Misalnya: jauh, dekat, sedang.
7.      Tipe VII adalah leksem ajektif yang menyatakan kuasa tenaga.
Misalnya: kuat, lemah, segar, lesu dan tegar.
8.      Tipe VIII adalah leksem ajektif yang menyatakan kesan atau penilaian indra.
Misalnya: sedap, lezat, manis, pahit, cantik, tampan, cemerlang, harum, bau, wangi, kasar, halus dan licin.
Perbedaan yang hakiki antara verba-keadaan dengan ajektifal adalah terletak pada fungsinya dalam suatu kontruksi. Pada kontruksi predikat leksem-leksem tersebut cenderung berciri verba sedangkan pada kontruksi atributif berciri ajektiva. Misalnya kontruksi meja batu dan meja itu baru. Pada kontruksi meja baru, leksem baru adalah ajektiva sedangkan pada meja itu baru adalah verba, sebab meja baru adalah kontruksi atributif sedangkan meja itu baru adalah kontruksi predikatif.

















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
secara umum kategori gramatikal yang banyak diikuti, membagi kata menjadi dua kelompok besar, yaitu; kelompok yang disebut kata penuh (full word) dan kelompok yang disebut partikel atau kata tugas (function word). Kedalam kelompok pertama termasuk kata dari kelas Verbal, Nominal, Ajektival. Dan kedalam kelompok kedua termasuk kata-kata yang disebut Preposisi, Konjungsi, dan Interjeksi.
3.2 Saran
Setelah mengkaji Kategori Nominal, Verbal, Ajektival. kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Kami harapkan demi menyempurnakan makalah ini.












DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdur. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan PMBP Ikip

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA  MASYARAKAT BERBASIS POTENSI (PMBP) JENIS PENGABDIAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN, BIMBINGAN BELAJAR, PENDATAAN TANAMAN, POSYANDU, DAN PENGHIJAUAN Oleh: Ketua: JANRIANTO                                        (2141000310049) Program Studi Bahasa Indonesia Anggota: 1. JUWANDA                                       (2141000430216)  Program Studi Sejarah Dan Sosiologi 2. MARSIANA FRANSISKA             (2141000430172)  Program Studi Sejarah Dan Sosiologi 3. YOLANDA SAFIRA   ...

filosofi jam dinding (janri)

JAM DINDING TAK LELAH BERDETAK Jam adalah alat penunjuk waktu, sebuah jam sangatlah penting, seperti jam dinding. Jam dinding pada umumnya terus bergerak berputar dan terus berulang, Jam dinding juga ibarat saksi bisu perjalanan hidup kita, dari bangun tidur, mandi, sarapan, berangkat kuliah dan seterusnya, sebuah jam telah menjadi saksi dan juga merekam semua kejadian itu dengan rapi, semua aktifitas itu terus berulang seperti hal yang nampak sama, jam, menit, detik sendiri terus berputar tapi setiap kejadian yang terjadi pada setiap detik itu tidak akan sama lagi. beberapa jam tadi, beberapa menit yang tadi bahkan beberapa detik yang lalu, tidak akan bisa terulang lagi dengan kejadian yang sama, terkecuali karena kebetulan semata. Jarum jam dinding yang terus berdetak dan bisa kapan saja mati entah karena rusak ataupun kehabisan baterai, bahkan disaat-saat terakhir baterai jam pun tetap berusaha dan memaksakan kehendak untuk berputar, seperti yang bisa kita lihat sendiri saa...

kata kerja

KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah kata kerja ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai kata kerja, Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya, Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan. MALANG, MARET 2015                                           ...