BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
studi Gramatika kategori kata merupakan hal yang tidak pernah lepas dari
pembicaraan. Boleh dibilang hampir tidak ada buku Tata Bahasa, baik yang
Tradisional maupun yang bukan, yang tidak membicarakan masalah kategori itu.
Begitu penting, ruwet, dan kompleksnya persoalan kategori ini, sehingga tidak
selesai-selesainya dibicarakan orang dan tidak pernah ada kesepakatan diantara
para Ahli tersebut (lihat misalnya Harimurti 1986 dan Ramlan 1985).
Namun,
secara umum kategori gramatikal yang banyak diikuti, membagi kata menjadi dua
kelompok besar, yaitu (1) kelompok yang disebut kata penuh (full word) dan (2) kelompok yang disebut
partikel atau kata tugas (function word).
Kedalam kelompok pertama termasuk kata dari kelas Verbal, Nominal, Adjektival.
Dan kedalam kelompok kedua termasuk kata-kata yang disebut Preposisi,
Konjungsi, dan Interjeksi.
Didalam
pembicaraan berikut akan dicoba mendeskripsikan leksikon Bahasa Indonesia
berdasarkan kategori Semantiknya dengan menyebutkan ciri-ciri Makna (Komponen
Makna) yang menonjol dari setiap kelompok Laksem, tetapi dengan tetap berumpun
pada Kategori Gramatikalnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang Dimaksud Dengan Kategori Nominal?
2. Apa yang Dimaksud Dengan Kategori Verbal?
3. Apa yang Dimaksud Dengan Kategori Adjektival?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui Kategori Nominal.
2. Untuk
mengetahui Kategori Verbal.
3. Untuk
mengetahui Kategori Adjektival.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kategori
Nominal
Kata-kata
atau leksem-leksem nominal dalam bahasa Indonesia secara semantik mengandung
ciri makna [+Benda ( B)]; dan oleh karena itu leksem-leksem nominal secara
struktural akan selalu dapat didahului oleh preposisi di atau pada. Berdasarkan
analisis semantik lebih lanjut leksem-leksem nominal ini dapat dikelompokkkan
atas tipe-tipe:
a.
Tipe I
Tipe I
berciri makna utama [+Benda, + Orang (O)]. Tipe satu ini terbagi atas enam
subtipe I yang masing-masing berbeda pada ciri makna ketiga. Keenam suptipe I
ini adalah:
1.
Subtipe Ia
Berciri
makna [+Benda, +Orang, + Nama Diri (ND)]. Contohnya, Anita, Sari, Vinda, dan
Marsya. Selain berciri makna +B, +O, dan +ND, leksem nominal dari subtipe ini
juga mengandung komponen makna [+bernyawa (NY), +konkret (K), dan tidak terhitung
(-H)]. Jadi, secara keseluruhan leksem nominal dari subtipe Ia ini mengandung
ciri makna [+B, +O, +ND, +NY, +K, -H].
2.
Subtipe Ib
Berciri makna [+B, +O, + nama
perkerabatan (NK)]. Contohnya ibu, bapak, kakak, dan adik. Selain itu, leksem
nominal dari subtipe Ib ini juga mengandung ciri makna [+NY, +K, dan +H}. Jadi,
secara keseluruhan leksem nominal dari subtipe Ib ini mengandung cciri makna
[+B, +O, +NK, +Ny, +K, +H].
3.
Subtipe Ic
Berciri makna [+B, +O, +Nama Pengganti(NP). Contoh dia, saya, kamu, dan mereka.
Selain itu, leksem nominal dari subtipe Ic ini mengandung pula makna [+Ny, +K,
dan –H]. Jadi, secara keseluruhan mengandung makna antara dia misalnya dengan
mereka. Dia memiliki makna [+Tunggal (T)], sedangkan mereka memiliki makna
[-Tunggal ]. Perbedaan ciri makna antara dia dan mereka dapat dilihat sebagai
berikut:
Dia mereka
+B +B
+O +O
+NP +NP
+Ny +Ny
+K +K
-H -H
-H -H
+T -T
4.
Subtipe Id
Berciri makna [+B, +O, +Nama
Jabatan(NJ)]. Contohnya, guru, lurah,
camat, dan gubernur. Selain itu,
leksem nominal dari subtipe Id ini mengandung pula makna [+Ny, +K, dan +H].
Jadi, leksem nominal ini secara keseluruhan mengandunng makna [+B, +O, +Ny, +K,
dan +H].
5.
Subtipe Ie
Berciri makna [+B, +O, dan Nama
Gelar (NG)]. Contohnya: insinyur, doktor,
raden, dan sarjana hukum (SH), selain itu, leksem-leksem nominal dari subtipe
Ie ini jaga memiliki ciri makna[+Ny, +K, dan +H]. Jadi, leksem nominal ini
secara keseluruhan mengandung makna [+B, +O, +NG, +Ny, +K, dan +H]
6.
Subtipe If
Berciri
makna [+B, +O, dan + Nama Pangkat (Npa)].
Contoh: sersan,
obsir, letnan, dan kolonel.
Selain itu leksem-leksem nominal dari suptipe If ini memiliki pula ciri makna
[+Ny, +K, dan +H]. Jadi leksem nominal ini secara keseluruhan mengandung makna
[+B, +O, +NPa, +Ny, +K, dan +H].
Ciri makna [+H] yang ada pada leksem
subtipe Ib, Ie, dan If; dan tidak ada pada leksem subtipe Id dan Ic menyebabkan leksem yang memiliki ciri itu
dapat diberi keterangan numeral seorang, sedangkan yang tidak memiliki ciri itu
tidak dapat diberi keterangan numeral seorang.
Bandingkan:
a. Seorang Fatimah -
seorang adik
b. Seorang Hasan -
seorang camat
c. Seorang kamu -
seorang doktor
d. Seorang dia -
seorang letnan
b.
Tipe II
Berciri
makna utama [+B dan institusi (I)]. Contoh : pemerintah, DPR, SMA, dan Pelni.
Selain itu leksem-leksem nominal tipe II ini juga memiliki ciri makna [+Orang
metaforis (Om), +K, +H]. Jadi secara keseluruhan leksem-leksem nominal ini
berciri makna [+B, +I, +Om, +K, dan +H].
Ciri makna [+Om menyebabkan leksem
nominal tipe II ini dapat menduduki fungsi gramatikal seperti leksem tipe I.
c.
Tipe III
Berciri
makna utama [+B, +Binatag (Bi)]. Contoh: tongkol,
kucing, gelatik, harimau, dan onta.
Selain itu leksem-leksem nominal tipe III ini memiliki pula ciri makna [+Ny,
+K, dan +H]. Dengan demikian secara keseluruhan leksem-leksem nominal tipe III
ini berciri makna [+B, +Bi, +Ny, +K, dan +H].
d.
Tipe IV
Berciri
utama [+B dan +Tumbuhan (T)]. Leksem nominal tipe IV ini terdiri atas 3
subtipe, yaitu:
1.
Subtipe Iva
Berciri makna utama [+B, +T],
misalnya rumput, perdu, ilalang, dan keladi. Selain itu leksem-leksem nominal
IVa memiliki pula ciri makna [+B, +Pohon (Po)]. Contoh: durian, nangka, ketapang, mahoni,dan kelapa. Selain itu, leksem-leksem nominal
2.
subtipe Ivb
Memiliki makna [+Hi, +H, dan K].
Jadi, secara keseluruhan leksem nominal subtipe IVb ini memiliki ciri makna
[+B, +Po, +Hi, +H, dan K].
3.
Subtipe Ivc
Berciri makna utama [+B, +Tanaman
(Ta)]. Misalnya padi, bayam, ketela, ubi,
dan kubis. Selain itu leksem-leksem
nominal subtipe IVc ini memiliki ciri makna [+Hi, +H, dan +K]. Jadi secara
keseluruhan leksem-leksem ini mengandung makna [+B, +Ta, +Hi, +H, dan +K].
Perbedaan makna dalm ciri [+T], [Po], dan [+Ta] adalah bahwa [+T] mengandung
segala sesuatu yang tumbuh; sedangkan [+Po] habnya yang berbatang keras, dan
[+Ta] adalah sebagai usaha suatu yang ditanam.
e.
Tipe V
Berciri
makna utama [+B, Buah-buahan (Bb)]. Misalnya mangga, rambutan, pisang dan
nanas. Selain itu tipe ini juga memiliki makna [+H, +K, dan –Hi]. Jadi secara
keseluruhan tipe ini memiliki makna [+B, +Bb, +H, +K, dan –Hi]
f.
Tipe VI
Berciri
makna utama [+B, +Bunga-bungaan (Bbu)]. Misalnya mawar, melati, kamboja,
kembang sepatu, dan kenanga. Selain itu leksem ini juga berciri makna [+H, +K,
dan -Hi]. Jadi secara keseluruhan tipe ini memiliki ciri makna [+B, +Bbu, +H,
+K, dan –Hi].
g.
Tipe VII
Berciri
makna utama [+B, +Peralatan (Al). Tipe ini terbagi atas sembilan subtipe,
yaitu:
1.
Suptipe VII a, berciri makna utama [+B, +Al, dan
+Masak (Ms). Contohnya: panci, kompor dan kuali. Selain
itu subtipe ini juga memiliki makna [+K, +H, dan –Hi]. Dengan demikian secara
keseluruhan ciri makna subtipe ini adalah [+B, +Al, +Ma, +K, +H, dan –Hi].
2.
Subtipe VII b, berciri makna utama [+B, +Al, dan
+Makan ( Mk). Contohnya: piring, garpu, sendok dan gelas. Selain itu subtipe ini juga memiliki ciri makna [+K, +H, dan
+Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini memiliki ciri makna [+B, +Al, +Mk, +K, +H,
dan +Hi].
3.
Subtipe VII c, berciri makna utama [+B, +Al, dan
+Pertukangan (Tk)]. Contohnya: palu,
gergaji dan pahat. Selain itu sub
tipe ini juga berciri makna utama [+K, +H, dan –Hi]. Secara keseluruhan subtipe
ini memili ciri makna [+B, +Al, +Mk, +K, +H, dan –Hi].
4.
Subtipe VII d, mengandung ciri makna utama [+B, +Al,
dan +Perbengkelan (Bkl)]. Contohnya kunci,
bubut dan tang. Selain itu
subtipe ini juga bermakna utama [+K, +H, dan –Hi]. Secara keseluruhan subtipe
ini berciri makna [+B, +Al, +Bkl, +K, +H, dan –Hi].
5.
Subtipe VII e, berciri makna utama [+B, +Al,
+Pertanian (Tn)]. Contohnya cangkul, sabit, dan garu. Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, dan –Hi].
Secara keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Tn, +K, +H, dan –Hi].
6.
Subtipe VII f, berciri makna utama [+B, +Al, dan +
Perikanan (Ik)]. Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, dan
–Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini
berciri makna [+B, +Al, +Ik, +K, +H dan –Hi].
7.
Subtipe VII g, berciri makna utama [+B, +Al, dan
+Rumah tangga (Rt) ]. Contohnya lemari,
meja dan kursi. Selain itu
subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, -Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini
berciri makna [+B, +Al, +Rt, +K, +H, dan –Hi].
8.
Subtipe VII h, berciri makna utama [+B, +Al, dan
+Tulis menulis (Tm)]. Contohnya buku,
pensil, penggaris, dan pena.
Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, dan –Hi]. Secara keseluruhan
subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Rt, +K, +H, dan –Hi].
9.
Subtipe VII i, berciri makna utama [+B, +Al, dan
+Olahraga (Or)]. Contohnya raket, bola, net dan stik. Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, dan –Hi].
Secra keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Or, +K, +H, dan –Hi].
h.
Tipe VIII
Tipe ini
mengandung ciri makna utama [+B,
+Makanan-minuman (Mm)]. Contohnya nasi,
teh manis, susu, bakso, dan roti.
Selain iti tipe ini juga berciri makna [+K, -H, dan –Hi]. Secara keseluruhan
tipe ini berciri makna [+B, +Mm, +K, -H, dan –Hi].
i.
Tipe IX
Tipe ini
mengandung ciri makna utama [+B, +Geogrefi (Ge)]. Contohnya sungai, gunung dan laut. Selain
itu tipe ini juga berciri makna [+K, +H, -Hi]. Secara keseluruhan tipe ini
berciri makna [+B, +Ge, +K, +H, dan –Hi].
j.
Tipe X
Tipe ini
berciri makna utama [+B, +Bahan baku (Bb). Contoh pasir, semen, batu dan kayu. Selain itu tipe ini juga berciri makna [+K,
dan –H]. Secara keseluruhan tipe ini berciri makna [+B, +Bb, +K, dan –Hi].
2.2 Kategori Verbal
Leksem-leksem verbal dalam bahasa Indonesia secara
semantik ditandai dengan mengajukan tiga macam pertanyaan terhadap subjek
tempat “verba” menjadi predikat klausanya. Ketiga pertanyaan itu adalah (1) apa
yang dilakukan subjek dalam klausa tersebut, (2) apa yang terjadi terhadap
subjek dalam klausa tersebut, dan (3) bagaimana keadaan subjek dalam klausa
tersebut.
Berdasarkan
analisis semantik, sejalan dengan Tampubolon (1979, 1988 a, 1988 b dalam
Chaer), kategori verbal dapat dibedakan menjadi dua belas tipe. Keduabelas tipe
itu adalah sebagai berikut:
a.
Tipe I
Tipe ini
adalah verba yang secara semantik menyatakan tindakan, perbuatan, atau aksi.
Pelaku verba ini adalah sebuah maujud berupa sebuah nomina yang berciri makna
[+bernyawa]; dan tindakan sebagai penggerak tindakan yang disebutkan oleh verba
tersebut.
Secara semantik, verba tipe I ini
sebenarnya dapat dibedakan lagi menjadi verba tindakan yang (1) pelakunya
adalah manusia, (2) pelakunya adalah manusia dan bukan manusia, dan (3)
pelakunya bukan manusia. Contohnya adalah leksem baca dan tulis adalah
tindakan yang termasuk kelompok manusia; makan
dan minum adalah verba tindakan yang
termasuk kelompok pelakunya manusia dan bukan manusia; sedangkan pagut dan patuk adalah verba tindakan yang pelakunya bukan manusia.
b.
Tipe II
Adalah verba yang menyatakan
tindakan dan pengalaman. Pada verba ini pelakuya adalah sebuah maujud berupa
nomina berciri makna [+bernyawa] dan bertindak sebagai penggerak tindakan yang
disebut oleh verba tersebut sekaligus dapat pula sebagai maujud yang mengalami
(secara kognitif, emosional, atau sensasional) tindakan yang dinyatakan oleh
verba tersebut. Contoh:
- Dia menaksir harga mobil bekas itu
- Beliau menjawab pertanyaan para wartawan.
Dia pada
kalimat pertama adalah maujud yang melakukan tindakan itu dan sekaligus
mengalaminya. Begitu juga denga pada kalimat kedua.
Yang melakukan tindakan dan yang mengalaminya tidak
harus selalu berupa maujud yang sama. Namun bisa juga atau lazimnya adalah
berupa dua maujud yang berbeda. Contoh:
- Pak lurah tanya persoalan
itu kepada kami.
Dalam kalimat tersebut pak lurah adalah pelaku utama; sedangkan yang mengalami adalah kami.
c.
Tipe III
Tipe ini adalah verba yang
menyatakan tidakan dan pemilikan (benafaktif). Pelaku verba ini adalah maujud
berup nomina berciri makna [+bernyawa] dan bertindak sebagai penggerak tindakan
yag disebutkan oleh verba tersebut; sedangkan pemilik (bisa juga
ketidakpemilikian) juga berupa nomina berciri makna [+bernyawa].
Contoh:
- Dika beli mobil dari Pak Fuad.
- Pemerintah bantu para petani.
Dari kedua kalimat tersebut Dika dan
Pemerintah adalah pelaku; sedangkan Pak Fuad dan para petani adalah pemiliknya. Kadang pemilik tidak direalisasikan
dalam suatu kalimat. Contoh:
- Dika beli mobil baru.
d.
Tipe IV
Tipe ini
merupakan verba yang menyatakan tindakan dan lokasi (tempat). Pelaku tindakan
berupa nomina berciri makna [+bernyawa] yang dapat mengalami tindakan itu
sendiri maupun tidak. Lokasinya berupa frase preposisional.
Contoh:
- Nita pergi ke pasar.
- Beliau baru tiba dari dari Yogyakarta.
e.
Tipe V
Tipe ini
merupakan verba yang menyatakan proses. Subjek dalam kalimat ini berupa nomina
umum yang mengalami proses perubahan keadaan atau kondisi.
Contoh:
- Daun
tembakau itu layu.
- Kaca
jendela itu pecah.
Ada tiga persoalan mengenai verba tipe V ini (dan juga
verba proses lainnya, tipe VI, tipe VIII). Ketiga persoalan itu adalah:
(1) Proses perubahan yang terjadi pada suatu maujud
dapat berlangsung dalam waktu singkat dapat juga dalam waktu yang relatif lama.
Oleh karena itu, ada verba proses yang dapat diberi keterangan “sedang” seperti
“sedang pecah”.
(2) Sebenarnya suatu proses atau perubahan bukan hanya
terjadi pada verba proses saa tetapi juga pada verba tindakan, sebab
sesungguhnya suatu tindakan akan menyababkan terjadinya proses.
(3) Sering kita sukar untuk membedakan verba proses
dengan verba keadaan (verba tipe IX, X, XI, dan XII). Misalnya pada verba layu. Diuji daengan pertanyaan “apa yang
terjadi pada subjek?” maka jawabannya subjek itu layu. Jadi, jelas layu di situ adalah proses. Tetapi kalau
diuji denga pertanyaan “bagaimana keadaan subjek?” maka jawabannya adalah
subjek itu layu dan menjadi verba keadaan.
f.
Tipe VI
Tipe ini merupakan verba yang
menyatakan proses-pengalaman.
Contoh:
- Rupanya kau sudah bosan
padaku.
- Ibu cemas akan keselamata
anank-anak itu.
Pada kedua kalimat itu bosan dan cemas adalah proses pengalaman sedangkan
kau dan ibu adalah maujud yang mengalami prose situ.
g.
Tipe VII
Tipe ini
merupakan verba yang menyatakan proses benefaktif subjek dalam kalimat yang
menggunaan verba tipe VII ini berupa nomina yang mengalami suatu proses atau
kejadian memperoleh atau kehilangan
(kerugian).
Contoh:
- PSSI menang 2-0 atas
Singapura.
- Dia kalah 2 juta rupiah.
Menang dan kalah adalah verba proses benefaktif; sedangkan
PSSI dan dia adalah maujud yang mengalami peristiwa yang dinyatakan oleh
verba tersebut.
h.
Tipe VIII
Tipe ini
merupakan verba yang menyatakan proses-lokatif. Subjek dalam tipe ini berupa
nomina yang mengalami suatu proses perubahan tempat (lokasi).
Contoh:
-
Pesawat itu baru tiba dari Surabaya
- Matahari terbit di ufuk timur
Leksem tiba dan terbit pada kalimat adalah verba
proses-lokatif; sedangkan leksem pesawat
dan matahari adalah maujud yang
mengalami proses perubahan lokasi itu.
i.
Tipe IX
Tipe ini
merupakan verba yang menyatakan keadaan. Subjek kalimat dalam tipe ini berupa
nomina umum yang berada dalam keadaan atau kondisi yang dinyatakan oleh verba
tersebut.
Contoh:
- Wajah
mereka selalu cerah
.- Sawah-sawah
di situ mulai kering.
Cerah dan kering pada kalimat di atas adalah verba
keadaan; sedangkan leksem wajah mereka dan
sawah-sawah adalah maujud yang berada
dalam keadaan itu.
j.
Tipe X
Tipe ini
merupakan verba yang menyatakan keadaan pengalaman. Subjek dalam kalimat yang
menggunakan tipe ini adalah sebuah nomina yang berada dalam keadaan kognisi,
emosi, atau sensasi.
Contoh:
- Dia
memang takut kepada orang itu.
- Kami tahu hidup di kota memang sukar.
Takut dan tahu pada kalimat di atas adalah verba
keadaan pengalaman. Pada kallimat pertama, subjek Dia yang mengalami keadaan yang disebutkan oleh predikat takut, pada kalimat kedua kami adalah subjek yangmengalami
keadaan tahu itu.
k.
Tipe XI
Tipe ini
merupakan verba yang menyatakan keadaan benafaktif subjek dalam kalimat yang
menggunakan tipe XI ini adalah sebuah nomina yang menyatakan memiliki,
memperoleh, atau kehilangan sesuatu.
Contoh:
- Ia
sudah punya istri
.- Dia ada uang lima juta.
Punya dan ada pada kalimat di atas adalah verba keadaan
benefaktif. Sedangkan ia dan dia adalah subjek yang berada dalam
keadaan memiliki. Menurut Tampubolon (1979) verba dasar yang menyatakan keadaan
keadaan benefaktif hanya kedua kata itu saja. Tetapi yang bukan verba dasar
cukup banyak seperti berhasil,
kehilangan, beruntung, berwarna, memiliki, dan bertubuh.
l.
Tipe XII
Tipe ini
merupakan verba yang menyatakan keadaan-lokatif. Subjek pada kalimat yang
mengunakan verba ini adalah nomina yang berada dalam satu tempat atau lokasi.
Contoh:
- Petani
itu diam di gubuk itu.
- Pak Menteri hadir di sana.
Diam dan hadir adalah verba yang menyatakan
keadaan lokatif. Sedangkan petani itu dan
Pak Menteri adalah subjek yang berada
di tempat yang disebutkan pada unsure keterangan.
Verba dasar
Tipe XII ini memang jarang, tetapi verba yang bukan dasar cukup banyak seperti mengalir, berganti, berserakan, bermimpi,
dan menanjak.
2.3 Kategori Adjektival
Leksem-leksem
adjektival dalam bahasa Indonesia secara semantik adalah leksem yang
menerangkan keadaan suatu nomina atau menyifati nomina itu. Secara
semantik akjetival dapat dibagi menjadi
delapan tipe.
1.
Tipe I adalah leksem ajektif yang menyatakan sikap,
tabiat, atau perilaku batin manusia yang termasuk di dalamnya yang
dipersonifikasikannya.
Misalnya: marah, galak, baik, sopan, berani, takut dan
jahat.
2.
Tipe II adalah leksem ajektif yang menyatakan keadaan
bentuk.
Misalnya: bundar, bulat, lengkung, bengkok, lurus, dan
miring
3.
Tipe III adalah leksem ajektif yang menyatakan ukuran.
Misalnya: panjang, pendek, tinggi, gemuk, kurus,
lebar, luas, ringan,dan berat.
4.
Tipe IV adalah leksem yang menyatakan waktu dan usia.
Misalnya: lama, baru, muda, tua.
5.
Tipe V adalah leksem ajektif yang menyatakan warna.
Misalnya: merah, kuning, biru,
hijau, ungun, cokelat dan lembayung.
6.
Tipe VI adalah leksem ajektif yang menyatakan jarak
Misalnya: jauh, dekat, sedang.
7.
Tipe VII adalah leksem ajektif yang menyatakan kuasa
tenaga.
Misalnya: kuat, lemah, segar, lesu
dan tegar.
8.
Tipe VIII adalah leksem ajektif yang menyatakan kesan
atau penilaian indra.
Misalnya: sedap, lezat, manis,
pahit, cantik, tampan, cemerlang, harum, bau, wangi, kasar, halus dan licin.
Perbedaan
yang hakiki antara verba-keadaan dengan ajektifal adalah terletak pada
fungsinya dalam suatu kontruksi. Pada kontruksi predikat leksem-leksem tersebut
cenderung berciri verba sedangkan pada kontruksi atributif berciri ajektiva.
Misalnya kontruksi meja batu dan meja itu baru. Pada kontruksi meja baru, leksem baru adalah ajektiva sedangkan pada meja itu baru adalah verba, sebab meja baru adalah kontruksi atributif sedangkan meja itu baru adalah kontruksi predikatif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
secara umum kategori gramatikal yang
banyak diikuti, membagi kata menjadi dua kelompok besar, yaitu; kelompok yang
disebut kata penuh (full word) dan
kelompok yang disebut partikel atau kata tugas (function word). Kedalam kelompok pertama termasuk kata dari kelas
Verbal, Nominal, Ajektival. Dan kedalam kelompok kedua termasuk kata-kata yang
disebut Preposisi, Konjungsi, dan Interjeksi.
3.2 Saran
Setelah mengkaji Kategori Nominal, Verbal, Ajektival. kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat Kami harapkan demi menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdur. 2013.
Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa
http://regulerekstensib2011.blogspot.co.id/2012/12/kategori-makna-leksikal.html diakses 16
November 2015
Komentar
Posting Komentar